Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis blog ini

Minggu, 26 Mei 2013

Lagu Dangdut, Pop dan Rock pada Acara Perkawinan di Minangkabau

Diramu oleh 
Nasbahry Couto

Sebuah prosesi perkawinan adat Minang kabau, di kawasan pedesaan di kota Padang
.
Dalam upacara adat Perkawinan Minang di Sumatera Barat, khususnya di kota Padang --yang penulis amati-- ada beberapa unsur wajib dilaksanakan yang berbeda dengan daerah lainnya yang mentradisi di kawasan ini. Namun penulis tidak akan mengulangi pembahasan tentang upacara adat itu, sebab masalah ini sudah banyak di kaji di berbagai situs di internet dan buku-buku yang ditulis oleh penulis tentang adat perkawinan Minangkabau.

Lagu Dangdut, Pop dan Rock pada Acara Perkawinan di Minangkabau

Hal 3

3.    Fenomena " Musik Dangdut "

Penyebutan nama "dangdut" diambil dari suara permainan tabla (lebih dikenal sebagai gendang) yang didominasi oleh bunyi "dang" dan "ndut". Sebuah artikel majalah pada awal 1970-an menyebut kata ini terhadap bentuk suatu musik melayu yang sangat populer di kalangan masyarakat kelas pekerja saat itu. 

Makanya, musik dangdut dikenal sebagai musik kelas bawah. Musik dangdut sendiri mulai dikenal pada tahun 1940-an. Selayaknya budaya masyarakat Indonesia yang menerima pengaruh-pengaruh asing untuk mempertinggi khasanah peradabannya, begitu juga dengan musik dangdut. Berturut-turut unsur musik India (alunan penggunaan tabla), unsur musik arab (cengkok dan harmonisasi), dan unsur musik barat (penggunaan gitar listrik), menjadikan musik dangdut matang sejak awal tahun 1970-an.Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house music. 

Lagu Dangdut, Pop dan Rock pada Acara Perkawinan di Minangkabau

Hal 2

2.    Rhoma Irama Revolusi Si Raja Dangdut

Rhoma Irama adalah seorang revolusioner dalam dunia musik Indonesia. Demikianlah komentar seorang sosiolog AS dalam tesisnya berjudul Rhoma Irama and the Dangdut Style: Aspect of Contemporary Indonesia Popular Culture, 1985. Komentar ini tidaklah berlebihan mengingat "Raja Dangdut" yang mencanangkan semboyan Voice of Moslem pada 13 Oktober 1973 ini menjadi agen pembaharu musik Melayu yang memadukan unsur musik rock dalam musik melayu serta melakukan improvisasi atas syair, lirik, kostum dan penampilan di atas panggung.

Pengalamannya menyanyikan lagu-lagu India sewaktu masih sekolah dasar, lagu-lagu pop dan rock Barat hingga akhir 1960-an lalu beralih ke musik Melayu, menjadikan lagu dan musik yang dibawakannya di atas panggung lebih dinamis, melodis dan menarik.
Kehidupannya tidak jauh dari terpaan gosip dan komentar pro dan kontra terhadap berbagai sikap yang diambilnya. Katakan saja, fenomena goyangan Inul yang dikecamnya dan dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai agama. Bahkan belum lama ini, sekitar bulan Mei 2003 lalu, ia digosipkan menjalin hubungan "istimewa" dengan artis dangdut, Lely Angraeni (Angel). Menanggapi hal itu, Sang Raja Dangdut yang sudah puluhan tahun merajai belantara dunia artis tetap tenang memberikan penjelasan kepada masyarakat perihal gosip tersebut.

Partisipasi Politik: Pola Perilaku Pemilih Pemilu Masa Orde Baru dan Reformasi

Oleh: YALVEMA MIAZ, MA, Ph.D
(Editor Tulisan ini:  Nasbahry Couto)
Uraian lebih lengkap ada dalam buku ini, 

isinya antara lain: (1) pendahuluan, (2) teori tentang partisipasi politik dan perilaku politik, Partai politik dari masa ke masa, (3) Hasil penelitian penulis tentang Pemilu, (4) Faktor-faktor yang mempengaruhi Partai Politik, dll. Terbitan: UNP Press, Padang, 2012. Buku ini menarik di baca, menjelang hajatan besar pemilu di Indonesia 2014

Sering dilihat, yang lain mungkin juga penting