Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis blog ini

Kamis, 06 September 2012

Sejarah Seni Rupa Lokal: Metode seni, Seni Lukis, dan Perkembangannya di Sumatera Barat (2)

Oleh: Nasbahry Couto  ( Revisi September, 2014 dan 6-9-2015)
Hal 2

Seni sebagai bagian dari Riset dan Dokumentasi (Arsip)
Perang melawan lupa
AWAL persentuhan Iptekni baru (modern) dibidang seni rupa diawali dengan kedatangan pionir-pionir bangsa asing dari Eropah (Belanda, Inggris, Jerman dan sebagainya)  yang ingin merekam budaya dan geografis atau lingkungan negeri Nusantara (archipelago) ini. Mereka ini disebut dengan tukang gambar. Penjelasan ini terdapat pada jurnal-jurnal atau laporan pionir bangsa Belanda seperti jurnal Nederlandish Indie terbitan awal abad  ke 20.  Namun mereka yang datang ke Indonesia itu, termasuk bangsa Belanda, bukanlah berprofesi sebagai pelukis, tetapi  tukang gambar (draftsman); yaitu dalam rangka membantu riset para peneliti ke daerah baru yang masih asing dan misterius. Setelah mereka menaklukkan wilayah yang mereka temui -- pekerjaan ini dilanjutkan untuk mendokumentasikan lanskap, gambaran tentang pribumi, budaya-- dan semua aspek yang berhubungan dengan kekayaan alamnya. Para tukang gambar inilah yang menularkan kepandaiannya dalam hal menggambar kepada anak pribumi, yang diperlukan membantu pekerjaan mereka. Tokoh Pirngadi, seperti yang digambarkan dalam sejarah seni rupa Indonesia, adalah pribadi yang  muncul dalam suasana seperti itu. Pirngadi diminta oleh pemerintah Belanda untuk menghimpun data, dan menggambarkan produk kriya dan hasil teknologi di Indonesia. Tujuannja bukan sekedar riset ilmu pengetahuan seperti yang kita kenal sekarang. Sebab di samping untuk tujuan-tujuan ilmu pengetahuan, terkandung juga tujuan-tujuan sosial politik, sosial ekonomi dan industri di Eropah. Sebab dari data-data yang diperoleh dari negeri jajahan seperti itu, dapat mereka pakai selanjutnya untuk perkembangan  pengetahuan seni rupa dan desain di Eropah. Artinya tukang gambar yang didatangkan ke Nusantara ini,  secara tidak langsung adalah untuk kepentingan seni rupa dan industri di Eropah. Namun kedatangan mereka ada aspek positifnya, oleh karena mereka kekurangan tenaga  maka para peneliti itu mengajarkan kepada anak pribumi tentang cara menggambar untuk membantu pekerjaan mereka. Dapat diduga, pendidikan seni rupa (menggambar) pertamakalinya oleh kolonial di negeri jajahan adalah untuk kepentingan dokumentasi.
*  Istilah seni untuk dokumentasi pertamakali penulis temukan pada tulisan Bernadine Barnes - Encarta - Microsoft (CD) tahun 1997 tentang Seni (Art). Yang kemudian penulis aplikasikan kepada pengamatan sejarah seni rupa Indonesia (Penulis adalah pengajar sejarah seni rupa). Istilah ini tidak ada dalam buku-buku sejarah seni rupa Indonesia. Dari pengamatan yang panjang, maka tulisan tentang seni  untuk dokumen ini baru penulis tulis tahun 2013 dan memasukkannya pada blog 2014. (lihat laman ini). Istilah ini juga tidak ditemukan pada Galeri Nasional Jakarta.

Sejarah Seni Rupa Lokal: Metode seni, Seni Lukis dan Perkembangannya di Sumatera Barat (1)


Pelukis Amrianis, Sumatera Barat, bergerak dari bentuk nyata yang di pelintir-pelintir

Oleh: Nasbahry Couto ( Revisi september, 2014 dan 6-9-2015)


Sering dilihat, yang lain mungkin juga penting