Oleh Heldi
Programme
Doctor of Philosophy Ph.D (Fasilities Management) Fakulty
Geo-Information Science of Engeneering University Technology Malaysia
Dosen Seni Rupa dan Desain Komunikasi Visual Unversitas Negeri Padang
Editor (Drs. Nasbahry Couto, M. Sn)
Abstrak
Akhir-akhir ini, berbagai wilayah Indonesia diguncang gempa. Hal tersebut seakan menguatkan pendapat kalau bumi pertiwi ini dalam selimut bencana. Memang, secara geografis Indonesia merupakan daerah rawan bencana gempa dan tsunami. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia (triple junction plate convergence). Yaitu pertemuan tiga lempeng tektonik di dunia, Lempeng Australia di selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian barat dan Lempeng Samudra Pasifik di bagian timur, yang dapat berpotensi terjadinya bencana. Kesiap-siagaan semua pihak untuk mengantisipasi bencana alam sangat diperlukan, terutama mengurangi dampak yang ditimbulkan. Gempa bumi merupakan gelombang yang dipancarkan dari suatu sumber elastik yang dilepaskan secara mendadak. Energi elastik tersebut terakumulasi secara bertahap di lokasi sumber gempa dengan kecepatan yang tidak terlalu sama besarnya. Hingga saat ini belum ada ahli yang bisa menetapkan kapan terjadinya suatu gempa. Bencana alam, khususnya gempa bumi tidak dapat diketahui kapan dan dimana terjadinya. Karena itu, perlu adanya menajemen dan mitigasi bencana untuk mempersiapkan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan bencana gempa. Semua pihak harus menyadari pentingnya peran stakeholder untuk mempertahankan lingkungan binaan bangunan kuno warisan budaya. Dan pentingnya penanganan bangunan secara spasial, ekonomi, sosial, dan budaya di kawasan lingkungan tersebut yang bertumpu pada suatu model rencana strategi manajemen berbasis aset lingkungan binaan warisan budaya.
Kata kunci ; Lingkungan binaan, Warisan budaya, bangunan kuno, Stakeholder, Strategi manajemen.